Penulis : Lila Tamara – Mahasiswi Ilmu Politik FISIP Universitas Syiah Kuala
Hai everyone, seperti yang kita tahu bahwa dunia lagi gencar-gencarnya membahas tentang apa itu Resesi, ini berdampak pada perekonomian global akan memasuki resesi pada tahun 2023, sejalan dengan tren kenaikan suku bunga acuan yang diincar oleh sebagian besar bank sentral dunia pada saat yang bersamaan. Prediksi ini disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Drawati yang belakangan ini juga kita sering mendengar berita-berita TV bahwa Indonesia mungkin akan terkena dampak dari Resesi,maka dari itu bagaimana kita menanggulangi dampak Resesi bagi negara kita ini ya? Dan apakah ada keterkaitannya dengan Bank Sentral Indonesia? Maka disini saya akan menyampaikan beberapa opini publik yang mungkin terjadi atau tengah berlangsung sekarang ini.
Perkiraan resesi tahun depan mengacu pada studi Bank Dunia, yang menyebutkan bahwa terjadinya penyempitan (pengetatan) kebijakan moneter oleh bank sentral berdampak pada krisis pasar keuangan dan pelemahan ekonomi. Jika bank sentral di seluruh dunia menaikkan suku bunga cukup berlebihan dan serempak, maka pada tahun 2023 dunia dipastikan akan mengalami resesi ekonomi.
Sebelum kita jauh membahas tentang dampak-dampak Resesi,ayo kita semua mengenal apa itu Resesi! Resesi sendiri berarti Istilah untuk kondisi di mana perputaran ekonomi suatu negara melambat atau memburuk, perlambatan perputaran ekonomi ini bisa berlangsung cukup lama, bahkan bertahun-tahun, jika pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) melambat selama dua kuartal dan berlangsung secara terus menerus pada suatu negara.
Karna ada Resesi pasti berhubungan dengan ekonomi jugakan,maka dari itu kita juga tahu bahwa ekonomi berperan penting dalam kehidupan sehari-hari. Nah dari sini kita juga perlu tahu pengertian ekonomi adalah ilmu yang mempelajari bagaimana kita memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan sumber daya yang tersedia baik itu berupa sumber daya alam ataupun sumber daya manusia. Dalam ekonomi kita pasti dikenalkan dengan yang namanya Uang. Banyak dari kita tidak mengetahui arti uang meskipun sering menggunakannya setiap hari untuk berbagai hal. Uang juga dibutuhkan dalam segala bidang kehidupan sebagai sarana usaha atau untuk mendapatkan sesuatu baik itu barang/jasa. Pada fungsi asli uang sebagai alat tukar,tetapi juga uang digunakan sebagai satuan hitung untuk menentukan harga produk berupa perbandingan nilai barang dan nilai uang. Serta fungsi turunan uang sebagai alat pembayaran yang sah, sebagai pemungut harta, sebagai alat pemindah harta, sebagai standar pelunasan hutang, sebagai pendorong kegiatan ekonomi.
Kesiapan Indonesia dalam menghadapi resesi
Kondisi perekonomian Indonesia dinilai masih kuat menghadapi gejolak ekonomi global yang mengarah pada resesi ekonomi. Potensi untuk bertahan menghadapi risiko terjadinya resesi ekonomi cukup besar karena ditopang oleh PDB yang masih positif serta tingkat inflasi yang relatif lebih rendah dibandingkan banyak negara lain.
Ancaman resesi ekonomi global terhadap Indonesia akan ditandai, antara lain:
Permintaan ekspor produk jadi Indonesia seperti tekstil dan kerajinan menurun, terutama dari AS, Eropa, dan Tiongkok;
Penurunan harga beberapa komoditas minyak mentah, minyak sawit mentah (CPO), dan logam dasar;
Kenaikan suku bunga di negara-negara maju yang menyebabkan aliran modal mengalir ke luar negeri;
Pertumbuhan ekonomi melambat;
Meningkatnya beban biaya usaha akibat depresiasi rupiah.
Ancaman akan terjadinya resesi ekonomi global ini perlu disikapi oleh pemerintah dengan melakukan langkah antisipatif untuk terus mendorong kinerja perekonomian nasional. Walaupun kinerja perekonomian nasional saat ini cukup positif, namun jika resesi ekonomi global benar-benar terjadi maka Indonesia diyakini akan terkena dampaknya dan dapat menyeret Indonesia ke dalam “jurang” resesi ekonomi tersebut.
Melihat kemungkinan tersebut, Pemerintah memerlukan perumusan kebijakan yang tepat terkait dengan pembangunan infrastruktur di Indonesia. Melihat segala keterbatasan yang dimiliki oleh kemampuan ekonomi nasional saat ini maka pembiayaan infrastruktur memerlukan terobosan inovasi investasi infrastruktur untuk memenuhi pendanaan infrastruktur supaya pengembangan infrastruktur dapat dilakukan percepatan.
Salah satu upaya pemerintah untuk meningkatkan pembiayaan infrastruktur juga dibahas dalam agenda utama G20 investasi infrastruktur berkelanjutan (sustainable infrastructure investment). Agenda tersebut sejalan dengan prioritas Indonesia dalam G20 2022 menuju sustainable, inclusive, dan resilient recovery untuk mewujudkan “Recover Together, Recover Stronger”. Investasi infrastruktur berkelanjutan menjadi kunci utama dalam mewujudkan
Pembangunan dan pertumbuhan berkelanjutan pascapandemi COVID-19. Kemampuan fiskal yang terbatas terutama pada negara berkembang menjadi tantangan utama dalam memenuhi gap kebutuhan infrastruktur berkelanjutan. Investasi pembangunan berkelanjutan memiliki masalah kesenjangan pembiayaan yang serius. Oleh karena itu dibutuhkan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta dan Bank Pembangunan Nasional dan Internasional. Beberapa masukan penting dalam dialog disorot oleh Menteri Keuangan diantaranya peningkatan kapasitas dalam Project Preparation, perlunya memastikan kualitas infrastruktur tersebut sejalan dengan prinsip Enviroment, Social Governance (ESG), serta pentingnya peningkatan kapasitas manajemen proyek infrastruktur.
Komitmen G20 di bawah Presidensi Indonesia tahun 2022 dalam investasi infrastruktur berkelanjutan adalah sebagai upaya G20 untuk menindaklanjuti 2021 Sustainable Finance Roadmap serta mengembangkan infrastruktur sebagai salah satu kelompok aset yang memiliki karakteristik investasi sehingga menarik bagi para investor. Hasil dari dialog ini diharapkan dapat menjadi input dalam penyelesaian deliverable pada agenda investasi infrastruktur berkelanjutan serta mampu memberikan sinyal positif kepada investor, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan dan memobilisasi investasi sektor swasta ke dalam infrastruktur berkelanjutan.(*)
Leave a Reply